“ Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa
takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.(QS. Al-‘Araf(7):56).
Bila kita perhatikan ayat yang berisi larangan agar tidak berbuat kerusakan di muka bumi tidaklah sedikit. Walaupun
tentu saja ini tidak berarti bahwa bahwa bila ayat yang berisi perintah
atau larangan hanya sedikit maka kita tidak perlu memperhatikan ayat
tersebut !
Masalahnya tahukah kita sebenarnya apa dan yang bagaimanakah yang dimaksudkan kerusakan itu …
Seperti kita ketahui Allah swt
menciptakan manusia dengan tujuan yang jelas yaitu, agar ia menjadi
khalifah di bumi ini. Manusia di beri tugas agar memelihara, menjaga
serta mengelola bumi ini. Artinya demi kelangsungan, kepentingan serta
kenyamanan kita sebagai manusia, Allah swt sebagai pemilik tunggal bumi
( dan seluruh alam semesta ) mengizinkan kita mendaya gunakan bumi dan
seluruh isinya secara maksimal. Ini adalah sifat utama-Nya, yaitu
Ar-Rahman, Yang Maha Pengasih. Dengan syarat tidak merusak
keseimbangannya.
“Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. ( QS.Al-Baqarah(2):205).
Mengapa ? Karena Allah swt telah
menciptakan bumi dan alam semesta ini dengan penuh perhitungan, dengan
ketelitian super tinggi, dengan keseimbangan yang benar-benar
mengagumkan.
“Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun? Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata,” (QS.Qaaf(50):6-7).
Perputaran matahari, bumi dan bulan
dengan gravitasi dan sentrifugalnya, perkisaran angin, struktur dan
sifat tanah, gunung, air, udara dll itu semua adalah sunatullah, hukum
alam yang diciptakan-Nya dengan sengaja dan dengan maksud tertentu pula.
Demikian pula proses penciptaan manusia, sebab dan akibat timbulnya
suatu penyakit dll. Ia sengaja tidak menyembunyikan aturan tersebut
kepada manusia. Walaupun sebenarnya Ia bisa berbuat sekehendak-Nya
tanpa perlu aturan.
“ Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”. Lalu jadilah ia. QS.Al-Baqarah(2):117).
Namun Ia berkehendak agar manusia
memahaminya. Tidak hanya pasrah begitu saja. Itu sebabnya aturan-aturan
tersebut dapat dilihat, diikuti, dipahami, dipelajari dan diserap
hikmahnya, terutama bagi orang-orang yang mau berpikir.
Dengan bekal inilah manusia mustinya
berjalan. Ada aturan yang harus kita patuhi. Tidak boleh kita misalnya
membuka lahan dengan cara membakarnya secara sembarangan, menebang
pepohonan seenaknya, membuang sampah tidak pada tempatnya, menggunakan
air dan mengexploitasi bumi secara berlebihan dan tanpa ilmu pula.
Kita dapat melihat dan merasakan sendiri
apa akibatnya bila kita tidak mematuhi aturan alias merusaknya. Banjir,
kebakaran hutan, naiknya permukaan dasar laut, krisis energi, rusaknya
lapisan Ozon, pemanasan global adalah beberapa diantara contohnya.
Belum lagi berbagai jenis penyakit yang saat ini makin banyak saja
ragamnya. Adab menjaga kebersihan seperti yang dicontohkan Rasululah
saw, seperti mencuci tangan sebelum makan, bersiwak ( menggosok gigi )
setiap habis makan bahkan mandi junubpun sesungguhnya merupakan bagian
dari menghindari berbagai penyakit. Jadi sebenarnya kita sendirilah yang
menderita dan rugi bila kita berbuat kerusakan.
Ini adalah kerusakan jenis pertama.
Berikutnya adalah kerusakan moral. Allah menciptakan manusia dalam
keadaan jiwa yang bersih. Manusia adalah mahluk bermoral yang menjunjung
tinggi kejujuran, adab dan sopan santun serta tata krama pergaulan.
Manusia diciptakan untuk saling menghargai, saling menyayangi, saling
mengingatkan serta menjaga silaturahmi.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal……”(QS. Al-Hujuraat (49):13).
Seperti juga halnya dengan dengan
kerusakan pertama, akibat dari kerusakan kedua ini juga kita sendiri
yang harus menanggungnya. Dimulai dari hal-hal kecil yang kelihatannya
sepele seperti menyapa dengan sapaan yang baik ketika berjumpa kenalan,
menjenguk teman sakit, mengunjungi orang-tua, berlaku jujur ketika
sedang ujian alias tidak menyontek, bersedekah hingga hal-hal serius
seperti menutup aurat, menjaga pergaulan dan pandangan.
Bila semua ini kita abaikan bukan tidak
mungkin musibah dan kesengsaraan akan menghampiri kita. Karena dengan
tidak menjaga silaturahmi akan beresiko dikucilkan dan dibenci teman dan
kerabat. Akibat tidak jujur alias berbuat curang bisnis bisa terhambat.
Dengan kurang bersedekah maka doa dan restu dari orang ‘kecil’pun
tidak muncul. Karena pergaulan bebas maka beberapa resiko terpaksa
harus ditanggung. Mulai dikeluarkan dari sekolah karena hamil di luar
nikah, cercaan hingga terkena Aids.
Yang terakhir, dan inilah yang paling
penting yaitu menghindari penyakit sombong. Sombong ?? Ya .. sombong
terhadap-Nya. Yaitu merasa diri tidak memerlukan-Nya, tidak mentaati-Nya
bahkan mengakui-Nyapun enggan. Atau bisa juga karena menyekutukan-Nya.
Ironisnya, justru kasus inilah yang terbanyak.
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: “Adakan perjalanan di muka
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)“.( QS. Ar-Ruum(30) : 41-42).
Penyakit sombong seperti ini adalah
penyakit yang paling berbahaya. Karena akibatnya tidak saja harus
ditanggung di dunia namun lebih parah lagi di akhirat nanti. Ini adalah
dosa terbesar dan terberat yang nyaris tidak ada ampunan kecuali sempat
bertobat. Dengan catatan bukan tobat yang dilakukan menjelang ajal.
Tobat yang seperti ini tidak akan diterima-Nya. Dan balasannya adalah
neraka jahanam untuk selamanya. Astaghfirullah …
“Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya”. ((QS.Al-Baqarah(2):206).
Adapun balasannya di dunia adalah tergantung Sang Khalik. Bisa segera diberikan bisa ditangguhkan bisa juga di’total’
di akhir nanti. Itu sebabnya seringkali kita menyaksikan orang kafir
yang menjalankan tanggung jawabnya dengan baik, tidak berbuat kerusakan
terhadap lingkungan dan dirinya sendiri namun mereka tetap aman dari
segala penyakit dan kesusahan. Ini adalah hak yang pantas mereka terima
berkat sifat Ar-Rahman-Nya.
Namun bisa jadi ini adalah Istidraj,
yaitu cobaan kesehatan, kesenangan, kekayaan dan kemegahan dari-Nya.
Bagi orang-orang tertentu cobaan dalam bentuk seperti ini terasa lebih
berat daripada cobaan yang sifatnya kesusahan dan kesengsaraan. Biasanya
mereka tidak menyadari bahaya penyakit ini. Sebaliknya mereka merasa
telah berbuat baik dan benar. Padahal sebenarnya mereka tengah menuju
lembah nestapa yang benar-benar hina!
“ Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” ( QS.Al-Baqarah(2):11).
Orang-orang seperti ini pada umumnya
merasa bahwa akal adalah diatas segalanya. Ilmu yang mereka miliki
dianggap sudah lebih dari cukup. Padahal manusia adalah mahluk yang
sangat terbatas ilmunya. Mereka hanya mampu melihat hal-hal yang nyata
saja. Tidak yang ghaib. Karena untuk melihat yang ghaib diperlukan ilmu
yang lain. Yaitu keimanan. Hanya melalui Al-Quranul Karim dibantu dengan
contoh Rasulullah saw sajalah kita bakal mampu melihat yang ghaib ini.
“Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya
aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai
kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah
dan Rasul Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk“.( QS.Al-Araf(7):158).
Dewasa ini dapat kita lihat secara kasat
mata bahwa kerusakan telah terjadi dimana-mana dan dengan begitu
parahnya pula. Baik kerusakan jenis pertama, jenis kedua maupun jenis
ketiga. Kerusakan lingkungan, kerusakan moral, kekafiran serta
kemunafikan makin meraja-lela. Ajaran Islam terpecah-pecah, umat
terkotak-kotak dan terbelah. Persaudaraan Islampun hancur.
Sementara perbuatan homoseksual yang
jelas-jelas melanggar fitrah menjamur dimana-mana. Bahkan dengan dalih
kebebasan berpendapat dan demokrasi sejumlah negara dengan sembrono
berani merestui pernikahan sesama jenis ini. Astaghfirullah .. Tampaknya
mereka tidak mampu mengambil hikmah kejadian yang terjadi berad-abad
lalu berikut ini :
“ Dan (ingatlah) ketika Luth berkata
kepada kaumnya: “Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan
yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun dari
umat-umat sebelum kamu”. Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki,
menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu? Maka
jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Datangkanlah kepada kami
azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar”. Luth berdo`a:
“Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) atas kaum yang berbuat kerusakan itu”.(QS. Al-Ankabuut) ( 29):28-30).
“... Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,
(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian
itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka)
untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi”.(QS.Al-Baqarah(2):26-27).
“ ….. Jika kamu (hai para
muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu,
niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar “.(QS. Al-Anfaal(8):73).
Dari Abi Sa’id Al-Khudlari-radliallahu ‘anhu- dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : “
Barangsiapa diantara kamu yang melihat kemungkaran maka hendaklah ia
merubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan lidahnya,
jika tidak mampu maka dengan hatinya dan itulah (dengan hati)
selemah-lemah iman ” (HR.Muslim).
Wallahu’alam bishawwab.
0 komentar:
Posting Komentar