Kenapa para nabi seluruhnya selalu mendakwahkan kepada tauhid?
Dan kenapa Allah ampuni segala dosa seorang hamba selama ia memelihara
tauhidnya sampai ujung hayatnya…
Tatkala Allah memerintahkan sesuatu kepada kita maka Allah tidak
semata-mata memerintahkan begitu saja, namun agar kita antusias untuk
melaksanakan perintah-Nya, maka Allah memberikan iming-iming kepada kita.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa perintah yang paling agung yang Allah
wajibkan kepada seluruh manusia adalah perintah untuk mentauhidkan Allah yaitu
agar manusia hanya beribadah kepada Allah semata. Oleh Karena itulah Allah
memberikan iming-iming yang tidak tanggung-tanggung lagi bagi orang yang
melaksanakannya. Lalu apakah iming-iming tersebut? Marilah kita simak
pembahasan berikut ini.
Di antara keutamaan tauhid adalah:
1. Orang yang mentauhidkan Allah akan mendapatkan ketenangan
serta hidayah.
Baik hidayah di
dunia berupa ilmu serta taufiq untuk mengmalkan ilmu tersebut maupun hidayah di
akhirat yaitu petunjuk untuk menuju surga. Hal ini sebagaimana firman Allah
ta’ala,
“orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu
adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS Al An’am : 82)
Ibnu Mas’ud mengatakan, “ketika ayat ini turun, terasa beratlah
di hati para sahabat, mereka mengatakan siapakah di antara kita yang tidak
pernah menzalimi dirinya sendiri (mis. berbuat maksiat pent.), maka Rasulullah
bersabda, “Tidak demikian, akan tetapi yang dimaksud (dengan kezaliman pada
ayat tersebut) adalah kesyirikan.
Tidakkah kalian pernah mendengar ucapan Lukman kepada anaknya,
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”(QS
Lukman : 13). (HR. Bukhari & Muslim)
Syirik disebut kezaliman karena orang yang melakukan syirik
telah menujukan ibadah kepada sesuatau yang tidak berhak mendapatkannya. Ibadah
adalah hak Allah semata, tidak pantas ditujukan kepada makhluk, meskipun kepada
Nabi ataupun malaikat, lebih-lebih kepada jin atau arwah orang fasik.
Macam-macam Kezaliman:
a. Kezaliman yang paling besar yaitu menyekutukan Allah (Syirik).
b. Kezaliman seseorang terhadap dirinya sendiri yaitu bisa
berupa maksiat atau tidak memberikan hak-hak dirinya sendiri, misalnya menyiksa
diri sendiri dengan aksi mogok makan dan lain-lain.
c. Kezaliman seseorang terhadap orang lain, misalnya mengganggu
ketenangan orang lain, mencuri harta orang lain, menganiaya orang lain dan
lain-lain.
Seberapa besarkah ketenteraman dan hidayah yang didapat oleh
orang yang tidak melakukan Kezaliman?
Jika keimanan seseorang sempurna dan tidak tercampuri oleh maksiat maka ia akan mendapat ketenteraman yang mutlak/sempurna, dan jika keimanan tersebut tidak sempurna maka rasa aman yang ia dapatkan juga tidak sempurna.
Jika keimanan seseorang sempurna dan tidak tercampuri oleh maksiat maka ia akan mendapat ketenteraman yang mutlak/sempurna, dan jika keimanan tersebut tidak sempurna maka rasa aman yang ia dapatkan juga tidak sempurna.
Sebagai contoh orang yang melakukan dosa besar (di bawah
kesyirikan) maka ia tetap mendapat rasa aman dari ancaman kekal di neraka
karena dosa besar tidak menyebabkan seseorang kekal di neraka akan tetapi ia
tetap tidak merasa aman dari ancaman azab di neraka meskipun tidak kekal.
2. Orang yang bertauhid pasti akan masuk surga
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa bersyahadat bahwa: tidak ada yang berhak untuk
disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu baginya, Muhammad adalah hamba
dan utusan-Nya, Isa bin Maryam adalah hamba dan utusan-Nya serta kalimat yang
Dia sampaikan pada Maryam serta ruh dari-Nya(yaitu ruh ciptaan-Nya, pent),
surga adalah benar adanya, neraka adalah benar adanya maka Allah pasti
memasukkannya ke surga betapapun amalan yang telah ia perbuat. (HR. Bukhari &
Muslim).
Apakah yang dimaksud dengan bersyahadat?
Syahadat adalah persaksian yang disertai pengucapan dengan
lisan, keyakinan dalam hati serta pembuktian dengan amalan badan.
Jika anda bertanya
kenapa harus terpenuhi tiga hal tersebut untuk disebut sebagai syahadat yang
benar? Maka, sebagaimana kita ketahui, bukankah orang-orang munafik di zaman
Nabi dulu juga mengucapkan syahadat, akan tetapi syahadat mereka tidak
bermanfaat, bahkan mereka kelak akan berada di kerak neraka.
Allah ta’ala
berfirman,
“Sesungguhnya
orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari
neraka” (QS. An Nisa :145).
Adapun tentang
syahadat mereka, maka Allah mengisahkannya di dalam Al-Qur’an sebagai berikut,
“Ketika orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata:
“Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Namun pada
kelanjutan ayat, Allah justru mengingkari syahadat mereka serta membongkar
keadaan mereka yang sebenarnya, Allah berfirman yang artinya, “sedangkan Allah
mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu(Muhammad) benar-benar Rasul-Nya; dan Allah
mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang
pendusta.” (QS. Al Munafiqun : 1)
Jika kita tilik, kenapa syahadat orang munafik tidak diterima
maka akan kita dapatkan dua hal yang menyebabkan hal tersebut:
a. Syahadat mereka
tidak diiringi dengan keyakinan di dalam hati atau hanya sekedar di mulut
mereka belaka.
b. Syahadat mereka tidak diiringi dengan amalan anggota badan, di mana amalan merupakan bukti benarnya syahadat seseorang.
b. Syahadat mereka tidak diiringi dengan amalan anggota badan, di mana amalan merupakan bukti benarnya syahadat seseorang.
3. Orang yang bertauhid akan terbebas dari azab dan api neraka
Yang dimaksud
terbebas ada dua jenis, yaitu:
a. Terbebas dalam arti tidak pernah masuk neraka sama sekali
b. Terbebas dalam arti dikeluarkan dari neraka setelah dimasukkan
ke dalamnya selama beberapa waktu.
Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Muadz bin Jabal,
Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Muadz bin Jabal,
”Wahai Muadz, tahukah kamu apa hak Allah yang wajib dipenuhi oleh
para hamba-Nya?” Aku menjawab,”Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”.
Beliau pun bersabda,”Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya ialah
supaya mereka beribadah kepada-Nya saja dan tidak berbuat syirik sedikitpun
kepada-Nya.” Beliau bersabda lagi, “Apakah kamu tahu apakah hak mereka jika
mereka memenuhi hak Allah?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih
mengetahui.” Beliau bersabda, “Allah tidak akan mengadzab mereka.” (HR. Bukhari &
Muslim).
Rasululla
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
“Sesungguhnya Allah mengharamkan (masuk) neraka bagi orang yang
mengucapkan “laa ilaha illallah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah
selain Allah) dengan mengharap (pahala melihat) wajah Allah.” (HR Bukhari dan
Muslim).
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa yang dimaksud
dengan hadits ini adalah tidak semata-mata mengucapkan namun harus disertai
dengan melaksanakan syarat-syarat dan rukun-rukunnya.
Sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ibadah haji, beliau bersabda,
“Haji adalah (wukuf
di) Arafah” (HR Ashhabus Sunan).
Sekarang kita tanyakan, Sahkah hukumnya orang yang berhaji namun
hanya melaksanakan wukuf di arafah saja? Tentu orang yang mengetahui akan
mengatakan tidak, agar ibadah hajinya sah maka ia harus melaksanakan
rukun-rukun haji yang lain serta syarat-syaratnya. Nah, begitu juga dengan
orang yang mengucapkan syahadat “laa ilaha illallah” maka ia
harus melakukan syarat, rukun serta konsekuensi dari ucapan tersebut agar ia
mendapatkan keutamaan terbebas dari api neraka sebagaimana yang disebutkan pada
hadits di atas.
Di antara contoh tidak melaksanakan konsekuensi dari ucapan ini
adalah orang yang mengucapkannya tidak meninggalkan perbuatan syirik
(menyekutukan Allah). Oleh sebab itu banyak kita jumpai orang yang mengaku
islam namun masih menggantungkan nasibnya pada jimat, keris, Nyi Roro Kidul,
dukun, ramalan-ramalan, dan masih banyak lagi. Padahal itu semua termasuk dalam
kategori syirik yang merupakan kebalikan dari tauhid.
4. Bobot timbangan tauhid melebihi timbangan langit dan bumi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Musa ‘alaihisallam berkata, ‘wahai Rabbku, ajarilah aku sesuatu
yang dapat aku gunakan untuk berdzikir dan berdoa kepada-Mu’, Allah berfirman,
‘Katakanlah wahai Musa, laa ilaha illallah’, maka Musa berkata, ‘wahai Rabbku,
semua hamba-Mu mengucapkan hal ini’, Allah berfirman, ‘wahai Musa seandainya
ketujuh langit beserta penghuninya selain aku serta ketujuh bumi berada pada
satu daun timbangan dan laa ilaha illallah berada pada daun timbangan (yang
lain), niscaya laa ilaha illallah lebih berat timbangannya dengan itu semua.”(
HR Ibnu Hiban dan al Hakim dan ia menshahihkannya).
5. Tauhid merupakan sebab terbesar untuk mendapatkan ampunan
Allah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Allah berfirman, wahai anak adam, andai engkau mendatangi-Ku
dengan membawa dosa sebesar bumi kemudian engkau mendatangiku dengan tidak
berbuat syirik sedikit pun kepada-Ku, maka pasti aku akan mendatangimu dengan
ampunan sebesar bumi. (HR Tirmidzi dan beliau menghasankannya).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
“Sungguh Allah akan membebaskan seorang dari umatku di hadapan
seluruh manusia pada hari kiamat di mana ketika itu dibentangkan 99 gulungan
(dosa) miliknya. Setiap gulungan panjangnya sejauh mata memandang. Kemudian
Allah berfirman,’Apakah ada yang engkau ingkari dari semua catatan ini, apakah
para (malaikat) pencatat amal telah menganiayamu? Dia menjawab,’Tidak, Wahai
Rabbku’. Allah bertanya,’Apakah engkau memiliki udzur (alasan)?’ Dia
menjawab,’Tidak wahai Rabbku’. Allah berfirman,’Bahkan sesungguhnya engkau
memiliki satu kebaikan di sisi-Ku dan sungguh pada hari ini engkau tidak
dianiaya sedikitpun’. Kemudian dikeluarkanlah sebuah kartu bertuliskan ‘Asyhadu
an La ilaha illallah wa Asyhadu anna muhammadan Abduhu wa Rasuluh’. Lalu Allah
berfirman,’Datangkan timbanganmu.’ Dia berkata,’Wahai Rabbku, apakah artinya
kartu ini jika dibandingkan dengan seluruh gulungan dosa itu?’ Allah
berfirman,’Sungguh kamu tidak akan dianiaya’. Kemudian diletakkanlah
gulungan-gulungan tersebut pada satu daun timbangan dan kartu itu pada
timbangan yang lain. Maka gulungan-gulungan (dosa) tersebut terangkat dan kartu
(la ilaha illallah) lebih berat. Demikianlah tidak ada sesuatupun yang lebih
berat dari sesuatu terdapat nama Allah” (HR. Tirmidzi dan An-Nasa’i).
0 komentar:
Posting Komentar